Alahamdulillah kali ini saya akan membagikan artikel tentang bahaya riya, mari kita simak artikel Pengertian dan bahaya Riya lengkap, sebagai penghapusnya amal sampai habis.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ z قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. رواه مسلم (1905) وغيره
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah
orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan
kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun
mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan
dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena
Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau
berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang
telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar
menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam
neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan
mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan
kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah
menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya,
serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau
dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan
engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al
Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam
neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki
dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah
bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia
menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang
Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’
Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya
dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan
(tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas
mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”
BAHAYA RIYA
Di dalam al Qur`an dan as Sunah
banyak sekali ancaman tentang bahaya riya’. Riya’ termasuk kedurhakaan hati
yang sangat berbahaya terhadap diri, amal, masyarakat dan umat. Dan ia juga
termasuk dosa besar yang merusak.
Di antara bahaya riya’ adalah sebagai berikut
:
1. Riya’ Lebih Berbahaya Bagi
Kaum Muslimin Daripada Fitnah Masiih Ad Dajjal.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada
kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad
Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi;
yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada
orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu
Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]
2. Riya’ Lebih Sangat Merusak Daripada
Serigala Menyergap Domba
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa salalm bersabda : “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dan dilepaskan di
tengah sekumpulan domba lebih merusak daripada ketamakan seorang kepada harta
dan kedudukan bagi agamanya”.
[HSR Ahmad, III/456; Tirmidzi, no. 2376; Darimi,
II/304, dan yang lainnya dari Ka’ab bin Malik].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan permisalan rusaknya agama seorang muslim karena tamaknya
kepada harta, kemuliaan, pangkat dan kedudukan. Semua ini menggerakkan riya’ di
dalam diri seseorang.
Baca Juga : Tata cara shalat jum'at lengkap
3. Amal Shalih Akan Hilang
Pengaruh Baiknya Dan Tujuannya Yang Besar Bila Disertai Riya’.
Allah berfirman :
“Maka celakalah bagi orang yang
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat
riya’ dan mencegah (menolong dengan) barang yang berguna”. [al Ma’uun : 4-7]
Orang yang berbuat riya’ dan
tidak mau menolong orang lain, karena shalat mereka tidak mempunyai pengaruh
dalam hati mereka, sehingga mencegah kebaikan dari hamba-hamba Allah. Mereka
hanyalah menunaikan gerakan-gerakan shalat dan memperindahnya, karena semua
mata memandangnya, padahal hati mereka tidak memahami, tidak tahu hakikatnya
dan tidak mengagungkan Allah. Karena itu, shalat mereka tidak berpengaruh
terhadap hati dan amal. Riya’ menjadikan amal itu kosong tidak ada nilainya.
4. Riya’ Akan Menghapus Dan Membatalkan Amal Shalih.
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan,
dan Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang kafir”. [al Baqarah :
264].
Hati yang tertutup riya’ ibarat
batu licin yang tertutup tanah. Orang yang berbuat riya’ tidak akan membuahkan
kebaikan, bahkan ia telah berbuat dosa yang akan dia peroleh akibatnya pada
hari Kiamat. Riya’ menghapuskan amal shalih, dan seseorang tidak mendapatkan
apa-apa karenanya di akhirat nanti dari amal-amal yang pernah ia lakukan di
dunia. Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ ، يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِيْ الدُّنْيَا ، فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزاَءً ؟!
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan
atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada
mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia
“Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia.
Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” [HR Ahmad, V/428-429 dan
al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin Labid. Lihat
Silsilah Ahaadits Shahiihah, no. 951]
Pelaku riya’ akan memamerkan
amalnya agar dipuji, disanjung dan mendapatkan kedudukan di hati manusia. Dia
tidak akan mendapat ganjaran kebaikan dari Allah, dan tidak pula dari
orang-orang yang memujinya, karena yang berhak memberi balasan hanya Allah
saja. Allah berfirman dalam hadits Qudsi :
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ ، تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ
“Aku adalah sekutu yang Maha
Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal
yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan
(Aku tidak terima) amal kesyirikannya” [HR Muslim, no. 2985 dan Ibnu Majah, no.
4202 dari sahabat Abu Hurairah)]
5. Riya’ Adalah Syirik Khafi
(Tersembunyi).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ ، قَالَ قُلْنَا بَلَى ، فَقَالَ : الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada
kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad
Dajjal?” Dia berkata,“Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi;
yaitu seseorang shalat, lalu ia menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada
orang yang memperhatikan shalatnya”.[HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu
Sa’id al Khudri, hadits ini hasan-Shahih Ibnu Majah, no. 3389]
Baca Juga : Hadits tentang keutamaan silaturrahmi
6. Riya’ Mewariskan Kehinaan Dan
Kerendahan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ ، سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ ، وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ
“Barangsiapa memperdengarkan
amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan
aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya”.
[HR Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir; al Baihaqi dan Ahmad, no. 6509.
Dishahihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat Shahiih at Targhiib wat Tarhiib,
I/117, no. 25].
7. Pelaku Riya’ Tidak Akan
Mendapatkan Ganjaran Di Akhirat.
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَشِّرْ هَذِهِ الأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالدِّيْنِ ، وَ النَّصْرِ ، وَ التَّمْكِيْنِ فِي الأَرْضِ ، فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الأَخِرَةِ لِلدُّنْيَا ، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الأَخِرَةِ نَصِيْبٌ
“Sampaikan kabar gembira kepada
umat ini dengan keluhuran, kedudukan yang tinggi (keunggulan), agama,
pertolongan dan kekuasaan di muka bumi. Barangsiapa di antara mereka melakukan
amal akhirat untuk dunia, maka dia tidak akan mendapatkan bagian di akhirat”.
[HR Ahmad, V/134; dan Hakim, IV/318. Shahih, lihat Shahih Jami’ush Shaghiir,
no. 2825]
8. Riya’ Akan Menambah Kesesatan
Seseorang.
Allah Ta’ala berfirman :
“Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri
sedangkan mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah
Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta”.
[al Baqarah : 9-10].
9. Riya’ Merupakan Sebab
Kekalahan Ummat Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَ صَلاَتِهِمْ , وَ إِخْلاَصِهِمْ
“Sesungguhnya Allah akan menolong
umat ini dengan orang-orang yang lemah, yaitu dengan doa, shalat, dan
keikhlasan mereka” [HSR an Nasa-i, VI/45, dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi
Waqqash][2]
Ikhlas karena Allah menjadi sebab
ditolongnya umat ini dari musuh-musuh mereka. Allah melarang kita keluar
berperang dengan sombong dan riya’, karena hal ini akan membawa kepada kekalahan.
Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan
maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan
(ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan”. [al Anfaal : 47].
BEBERAPA PERKARA YANG TIDAK
TERMASUK RIYA'
Ada beberapa perkara yang
disangka oleh sebagian orang sebagai perbuatan riya’, padahal sesungguhnya
tidak demikian. Perkara-perkara tersebut adalah.
1. Pujian Manusia Atas Seorang
Hamba Atas Amal Baik Yang Ia Lakukan Tetapi Bukan Tujuannya Ingin Dipuji.
Apabila seseorang mengamalkan
sesuatu perbuatan dengan ikhlas dan sampai selesai amal itu pun dilakukan
dengan ikhlas, kemudian ada yang mengetahui amal tersebut lalu memujinya, namun
ia tidak menghendaki yang demikian itu, maka hal itu tidak termasuk riya’.
Seperti dalam hadits Abu Dzar:
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ ، قَالَ : قِيْلَ لِرَسُولِ اللهِ : أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ ، وَ يَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang seseorang yang
mengerjakan satu amal kebaikan, lalu orang memujinya?” Beliau menjawab,”Itu
merupakan kabar gembira bagi orang mukmin yang diberikan lebih dahulu di
dunia.” [HSR Muslim, 2642; Ibnu Majah, no. 4225 dan Ahmad, V/156, 157; dari
sahabat Abu Dzar].
Namun ia tidak berlaku ‘ujub, dan
tidak pula sengaja agar orang mengetahui kebaikannya.
2. Giatnya Seorang Hamba Dalam
Berbuat Kebaikan Ketika Ada Orang Yang Melihatnya Dan Ketika Menemani
Orang-Orang Yang Ikhlas Dan Orang Shalih.
Ibnu Qudamah al Maqdisi
rahimahullah (wafat tahun 689 H) menjelaskan dalam kitabnya, Mukhtashar
Minhajul Qashidin, hlm. 288: “Adakalanya seseorang berada di tengah orang-orang
yang tekun beribadah. Ia melakukan shalat hampir sebagian besar malam karena
kebiasaan mereka adalah bangun malam. Dia pun mengikuti mereka melaksanakan
shalat dan puasa. Andaikata mereka tidak melaksanakan shalat malam, maka iapun
tidak tergugah untuk melakukan kegiatan itu. Mungkin ada yang menganggap bahwa
kegiatan orang itu termasuk riya’, padahal tidak demikian sebenarnya, bahkan
hal itu perlu dirinci. Setiap orang mukmin tentunya ingin banyak beribadah
kepada Allah, tetapi kadang-kadang ada satu dua hal yang menghambat atau yang
melalaikannya. Maka boleh jadi dengan melihat orang lain yang aktif dalam
melakukan kegiatan ibadah, membuatnya mampu menyingkirkan hambatan dan
kelalaian itu. Bila seseorang berada di rumahnya, lebih mudah baginya untuk
tidur di atas kasur yang empuk dan bercumbu dengan istrinya. Tetapi bila dia
berada di tempat yang jauh, ia tidak disibukkan oleh hal-hal itu. Kemudian ada
beberapa faktor pendorong yang membangkitkannya untuk berbuat kebajikan, di
antaranya keberadaannya di tengah orang yang beribadah atau disaksikan oleh mereka.
Boleh jadi dia merasa berat berpuasa ketika berada di rumah, karena di dalamnya
ada banyak makanan. Dalam keadaaan seperti itu, setan terus menggoda untuk
menghalanginya dari ketaatan sambil berkata ‘jika engkau berbuat di luar
kebiasannmu, berarti engkau adalah orang yang berbuat riya’,’ maka dia tidak
boleh memperdulikan bisikan setan ini. Dia harus melihat pada tujuan batinnya
dan jangan sekali-sekali ia menoleh kepada bisikan setan”.
3. Menyembunyikan Dosa
Wajib bagi seorang mukmin atas
mukmin lainnya, apabila berbuat suatu kesalahan, hendaklah ia tutupi dan jangan
ia tampakkan dosanya. Kemudian ia wajib segera bertobat kepada Allah. Karena,
menceritakan maksiat yang telah terlanjur dilakukan, berarti menyiarkan
kekejian di antara kaum mukminin dan akan membuat dia meremehkan batas-batas
Allah. Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang yang ingin
agar (berita) perbuatan yang amat keji itu disiarkan di kalangan orang-orang
yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. [an Nuur : 19].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
كُلُّ
أُمَّتِيْ مُعَافىً إِلاَّ الْمُجَاهِرِيْنَ ،
وَ إِنَّ مِنَ الْمُجَاهِرَةِ
أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ
يُصْبِحَ وَ قَدْ سَتَرَهُ
اللهُ فَيَقُوْلَ : يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ
الْبَارِحَةَ كذَا وَ كَذَا
، وَقَدْ بَاتَ
يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَ يُصْبِحُ
يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ
“Setiap umatku akan dimaafkan,
kecuali orang-orang yang terang-terangan. Sesungguhnya termasuk terang-terangan
ialah, jika seseorang melakukan suatu amal (dosa) pada malam hari, kemudian
pagi harinya ia bercerita. Padahal pada malamnya Allah sudah menutupi dosanya.
Ia katakana, hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini dan begitu, padahal malam
itu Allah sudah menutupi dosanya, namun pagi harinya ia justru menyingkap
tutupan Allah pada dirinya”. [HSR Bukhari, no. 6069 dan Muslim, no. 2990 dari
Abu Hurairah].
Baca Juga :
4. Mengenakan Pakaian Indah Dan
Bagus
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ،قَالَ رَجُلٌ : إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَناً وَ نَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ : إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَ غَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga orang
yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat dzarrah (biji atom)”. Seseorang
berkata: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang menyukai pakaiannya bagus dan
sandalnya bagus,” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Sesungguhnya
Allah indah dan menyukai keindahan; sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia”. [HR Muslim, no. 91; Abu Dawud, no. 4091; at Tirmidzi, no.
1999 dan al Baghawi, no. 3587 dari hadits Abdullah bin Mas’ud].
5. Menampakkan Syiar-Syiar Agama
Islam
Di dalam Islam ada beberapa
ibadah yang tidak mungkin disembunyikan dalam pelaksanaannya, seperti haji,
umrah, shalat Jum’at, shalat berjama’ah yang lima waktu dan lainnya.
Seorang muslim tidak dikatakan
berbuat riya’, bila ia menampakkan amal-amal ini. Karena termasuk amal-amal
yang wajib ditampakkan dan dimasyhurkan serta melaksanakannya adalah termasuk
syiar-syiar Islam. Orang yang meninggalkannya akan terkena celaan dan kutukan.
Akan tetapi, jika amal-amal ibadah sunnah, hendaknya disembunyikan, karena
tidak tercela bagi orang yang meninggalkannya. Tetapi jika ia menampakkan amal
itu dengan tujuan supaya orang lain mengikuti sunnah itu, maka hal itu adalah
baik. Sesungguhnya yang dikatakan riya’, yaitu apabila tujuannya menampakkan
amal tersebut supaya dilihat, dipuji dan disanjung manusia.
Demikian artikel Pengertian dan bahaya Riya lengkap, sebagai penghapusnya amal semoga bermanfaat, amiin
Baca Juga :